Membuang Huruf Lam dan Nun dalam Rasm Usmani
Membuang Huruf Lam dalam Rasm Usmani
Dalam rasm usmani, terdapat kaidah membuang huruf lam atau biasa disebut Hadzf
al-Lam (حَذْفُ اللَّام). Kaidah ini meniadakan huruf lam yang biasanya tertulis dalam rasm imla'i.
Kapan huruf lam dihapus atau dibuang dalam Rasm Usmani?
Kaidah Hadzf al-Lam hanya berlaku pada Lam at-Ta'rif (Penjelasan seputar Lam
Ta'rif,
klik di sini)
yang berada dalam dua kondisi. Pertama, Lam Ta'rif yang bertemu kata Lail
(artinya malam) menjadi al-Lail. Dan kedua, Lam Ta'rif yang berada pada Isim
Mawshul (kata benda sambung).
Kata al-Lail dalam Rasm Imla'i tertulis (اللَّيْل), sedangkan dalam Rasm Usmani yang berlaku kaidah membuang huruf Lam atau
Hadfz al-Lam maka tertulis (الَّيْل). Perhatikan contoh dalam QS Al-Lail ayat 1 di bawah ini:
وَالَّيۡلِ اِذَا يَغۡشٰى
Isim Mawshul adalah salah satu jenis isim yang berfungsi menghubungkan satu
kalimat dengan kalimat yang lain. Salah satu contoh Isim Mawshul dalam Rasm
Imla'i tertulis (اللَّذِي), sedangkan Rasm Usmani yang berlaku kaidah membuang huruf Lam atau Hadfz
al-Lam maka tertulis (الَّذِي). Perhatikan contoh QS Al-Lail ayat 16 di bawah ini :
الَّذِىۡ كَذَّبَ وَتَوَلّٰى
Membuang Huruf Nun dalam Rasm Usmani
Dalam rasm usmani, terdapat kaidah membuang huruf nun atau biasa disebut
Hadzf an-Nun (حَذْفُ النُّوْن). Kaidah ini meniadakan huruf nun yang biasanya tertulis dalam rasm
imla'i. Kapan huruf nun dihapus atau dibuang dalam Rasm Usmani?
Kaidah Hadzf an-Nun terjadi dalam dua kata yaitu kata (فَنُجِّيَ) yang terdapat QS Yusuf ayat 110 dan (نُجِّي) yang terdapat dalam QS Al-Anbiya' ayat 88. Kata pertama yaitu (فَنُجِّيَ) adalah bacaan Ibn Amir, Ya'qub, dan Ashim. Sedangkan yang menambahkan nun
adalah bacaan imam lainnya sehingga terbaca (فَنُنْجِي). Perhatikan contoh QS Yusuf ayat 110 di bawah ini :
حَتّٰۤى اِذَا اسۡتَيۡــَٔسَ الرُّسُلُ وَظَنُّوۡۤا اَنَّهُمۡ قَدۡ كُذِبُوۡا
جَآءَهُمۡ نَصۡرُنَا ۙ فَـنُجِّىَ مَنۡ نَّشَآءُ ؕ وَلَا يُرَدُّ بَاۡسُنَا
عَنِ الۡقَوۡمِ الۡمُجۡرِمِيۡنَ
Kata kedua yaitu (نُجِّي) adalah bacaan Ibn Amir dan Syu'bah. Sedangkan yang menambahkan nun adalah
bacaan imam lainnya termasuk bacaan Hafsh yang kita pakai (Bacaan yang
banyak di pakai di Indonesia adalah bacaan Hafsh dari Ashim) sehingga
terbaca (نُنْجِي). Perhatikan contoh QS Al-Anbiya ayat 88 di bawah ini :
فَٱسْتَجَبْنَا لَهُۥ وَنَجَّيْنَٰهُ مِنَ ٱلْغَمِّ ۚ وَكَذَٰلِكَ نُۨجِى
ٱلْمُؤْمِنِينَ
Wallahu a'lam